nirmalasari ak5 09
Kamis, 18 Juli 2013
aslan23insight: Cara Mempercepat Koneksi Internet
aslan23insight: Cara Mempercepat Koneksi Internet: >>Mungkin yang namanya browsing internat dengan kecepatan yang tinggi sangatlah sulit, apalagi jika browsingnya di warnet atau memaka...
aslan23insight: Cara Mempercepat Koneksi Internet
aslan23insight: Cara Mempercepat Koneksi Internet: >>Mungkin yang namanya browsing internat dengan kecepatan yang tinggi sangatlah sulit, apalagi jika browsingnya di warnet atau memaka...
Minggu, 21 April 2013
KHITTAH PERJUANGAN MUHAMMADIYAH
A.
KHITTAH
PERJUANGAN MUHAMMADIYAH
Khittah
artinya garis besar perjuangan. khittah itu mengandung konsepsi (pemikiran)
perjuangan yang merupakan tuntunan, pedoman, dan arah perjuangan. hal tersebut
mempunyai arti penting karena menjadi landasan berpikir dan amal usaha bagi
semua pimpinan dan anggota muhammadiyah. garis-garis besar perjuangan
muhammadiyah tersebut tidak boleh bertentangan dengan asas dan tujuan serta
program yang telah disusun.
Isi
khittah harus sesuai dengan tujuan muhammadiyah, khittah itu disusun sesuai
dengan perkembangan zaman.
1. LANGKAH 12 muhammadiyah (KH. Mas
Mansyur)
a. Memperdalam masuknya iman
b. Memperbuahkan paham agama
c. Memperbuahkan budi pekerti
d. Menuntun amal intiqod
e. Menguatkan persatuan
f. Menegakkan keadilan
g. Melakukan kebijaksanaan
h. Menguatkan majelis tanwir
i.
Mengadakan konferensi bagian
j.
Mempermusyawarahkan putusan
k. Mengawasi gerakan jalan
l.
Mempersambung gerakan luar
2. KHITTAH PALEMBANG (KH. AR Sutan
Mansyur)
a. Menjiwai pribadi anggota dengan
iman, ibadah, akhlak dan ilmu pengetahuan
b. Melaksanakan khuswatun khasanah atau
contoh teladan yang baik
c. Mengutuhkan organisasi dan merapikan
administrasi
d. Memperbanyak dan mempertinggi mutu
amal
e. Mempertinggi mutu anggota dan
membentuk kader
f. Mempererat ukhuwah antara sesame
kaum muslim
g. Menuntun kehidupan anggota
3. KHITTAH UJUNG PANDANG (1971) (KH.AR Fakhrudin)
a. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah
Islam yang beramal dalam bidang kehidupan masyarakat dan tidak mempunyai
afiliasi dengan partai politik manapun
b. Setiap warga Muhammadiyah, sesuai
dengan asasinya dapat / tidak memasuki organisasi lain sepanjang tidak
menyimpang dari AD/ART
c. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah
islam setelah pemilu 1971, Muhammadiyah melakukan gerakan amar ma’ruf nahi
munkar secara konstruktif dan positif terhadap partai masyumi indonesia
d. Mengamanatkan PP Muhammadiyah untuk
menggariskan dan mengambil langkah-langkah dalam pembangunan ekonomi, sosial,
dan mental spiritual
4. KHITTAH PONOROGO (KH.AR Fakhrudin)
a. Hakikat Muhammadiyah
Muhamadiyah mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar
ma’ruf nahi munkar, serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang sesuai
bidang yang dipilih yaitu masyarakat.
b. Muhammadiyah dan Masyarakat membentuk
keluarga dan masyarakat sejahtera sesuai dengan dakwah jama’ah
Muhammadiyah juga menyelenggarakan amal usaha dan berusaha meningkatkan
mutu amal usaha.
c. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah
islam yang beramal dalam segala bidang kehidupan masyarakat. Tidak mempunyai
afiliasi dengan partai politik manapun dan memberikan hak seluas-luasnya kepada
anggotanya untuk masuk ke partai politik manapun.
d. Muhammadiyah dan ukhuwah Islamiyah
Muhammadiyah akan bekerja sama dengan golongan islam manapun
dalam menyiarkan dan mengamalkan agama islam serta membela kepentingannya
5. KHITAH PERJUANGAN DALAM KEHIDUPAN
BERNEGARA DAN BERNEGARA (KHITTAH DENPASAR) (PROF.DR. A.SYAFI’I MA’ARIF)
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam
yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan
menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut
seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat
dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam
kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut
Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi
rahmatan lil-’alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.
Muhammadiyah berpandangan bahwa
berkiprah dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan salah satu perwujudan
dari misi dan fungsi melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana
telah menjadi panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa awal dan
setelah kemerdekaan Indonesia. Peran dalam kehidupan bangsa dan negara tersebut
diwujudkan dalam langkah-langkah strategis dan taktis sesuai kepribadian,
keyakinan dan cita-cita hidup, serta khittah perjuangannya sebagai acuan
gerakan sebagai wujud komitmen dan tanggungjawab dalam mewujudkan “Baldatun
Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur”.
Bahwa peran dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dapat dilakukan melalui dua strategi dan lapangan
perjuangan. Pertama, melalui kegiatan-kegiatan politik yang berorientasi pada
perjuangan kekuasaan/kenegaraan (real politics, politik praktis) sebagaimana
dilakukan oleh partai-partai politik atau kekuatan-kekuatan politik formal di
tingkat kelembagaan negara. Kedua, melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
yang bersifat pembinaan atau pemberdayaan masyarakat maupun kegiatan-kegiatan
politik tidak langsung (high politics) yang bersifat mempengaruhi kebijakan negara
dengan perjuangan moral (moral force) untuk mewujudkan kehidupan yang lebih
baik di tingkat masyarakat dan negara sebagaimana dilakukan oleh
kelompok-kelompok kepentingan (interest groups).
Muhammadiyah secara khusus mengambil
peran dalam lapangan kemasyarakatan dengan pandangan bahwa aspek kemasyarakatan
yang mengarah kepada pemberdayaan masyarakat tidak kalah penting dan strategis
daripada aspek perjuangan politik kekuasaan. Perjuangan di lapangan
kemasyarakatan diarahkan untuk terbentuknya masyarakat utama atau masyarakat
madani (civil society) sebagai pilar utama terbentuknya negara yang
berkedaulatan rakyat. Peran kemasyarakatan tersebut dilakukan oleh
organisasi-organisasi kemasyarakatan seperti halnya Muhammadiyah. Sedangkan
perjuangan untuk meraih kekuasaaan (power struggle) ditujukan untuk membentuk
pemerintahan dalam mewujudkan tujuan negara, yang peranannya secara formal dan
langsung dilakukan oleh partai politik dan institusi-institusi politik negara
melalui sistem politik yang berlaku. Kedua peranan tersebut dapat dijalankan
secara objektif dan saling terkait melalui bekerjanya sistem politik yang sehat
oleh seluruh kekuatan nasional menuju terwujudnya tujuan negara.
Muhammadiyah sebagai organisasi
sosial-keagamaan (organisasi kemasyarakatan) yang mengemban misi da’wah amar
ma’ruf nahi munkar senantiasa bersikap aktif dan konstruktif dalam usaha-usaha
pembangunan dan reformasi nasional sesuai dengan khittah (garis) perjuangannya
serta tidak akan tinggal diam dalam menghadapi kondisi-kondisi kritis yang
dialami oleh bangsa dan negara. Karena itu, Muhammadiyah senantiasa terpanggil
untuk berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berdasarkan pada
khittah perjuangan sebagai berikut:
a. Muhammadiyah meyakini bahwa politik
dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam
dalam urusan keduniawian (al-umur ad-dunyawiyat) yang harus selalu dimotivasi,
dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang utama.
Karena itu diperlukan sikap dan moral yang positif dari seluruh warga
Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan politik untuk tegaknya kehidupan berbangsa
dan bernegara.
b. Muhammadiyah meyakini bahwa negara
dan usaha-usaha membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, baik melalui
perjuangan politik maupun melalui pengembangan masyarakat, pada dasarnya
merupakan wahana yang mutlak diperlukan untuk membangun kehidupan di mana
nilai-nilai Ilahiah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya
nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan
keadaban untuk terwujudnya “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur”.
c. Muhammadiyah memilih perjuangan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui usaha-usaha pembinaan atau
pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat madani (civil society) yang
kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
kenegaraan sebagai proses dan hasil dari fungsi politik pemerintahan akan ditempuh
melalui pendekatan-pendekatan secara tepat dan bijaksana sesuai prinsip-prinsip
perjuangan kelompok kepentingan yang efektif dalam kehidupan negara yang
demokratis.
d. Muhammadiyah mendorong secara kritis
atas perjuangan politik yang bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan
(real politics) untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan lembaga-lembaga
formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem politik yang
demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara.
Dalam hal ini perjuangan politik yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik
hendaknya benar-benar mengedepankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai
utama sebagaimana yang menjadi semangat dasar dan tujuan didirikannya negara
Republik Indonesia yang diproklamasikan tahun 1945.
e. Muhammadiyah senantiasa memainkan
peranan politiknya sebagai wujud dari dakwah amar ma’ruf nahi munkar dengan
jalan mempengaruhi proses dan kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai
dengan konstitusi dan cita-cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi
kekuatan perekat bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang
sehat menuju kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban.
f. Muhammadiyah tidak berafiliasi dan
tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan kekuatan-kekuatan politik atau
organisasi manapun. Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap positif dalam
memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai dengan
prinsip amar ma’ruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik kenegaraan yang
demokratis dan berkeadaban.
g. Muhammadiyah memberikan kebebasan
kepada setiap anggota Persyarikatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam
kehidupan politik sesuai hati nurani masing-masing. Penggunaan hak pilih
tersebut harus merupakan tanggungjawab sebagai warga negara yang dilaksanakan
secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan Muhammadiyah,
demi kemaslahatan bangsa dan negara.
h. Muhammadiyah meminta kepada segenap
anggotanya yang aktif dalam politik untuk benar-benar melaksanakan tugas dan
kegiatan politik secara sungguh-sungguh dengan mengedepankan tanggung jawab
(amanah), akhlak mulia (akhlaq al-karimah), keteladanan (uswah hasanah), dan
perdamaian (ishlah). Aktifitas politik tersebut harus sejalan dengan upaya
memperjuangkan misi Persyarikatan dalam melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi
munkar.
i.
Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau
golongan mana pun berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi
kemudharatan, dan bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara
ke arah yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban
B.
STRATEGI
PERJUANGAN MUHAMMADIYAH
Dengan
melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan Muhammadiyah sejak
kelahirannya, memperhatikan faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya,
aspirasi, motif, dan cita-citanya serta amal usaha dan gerakannya, nyata sekali
bahwa didalammya terdapat ciri-ciri khusus yang menjadi identitas dari hakikat
atau jati diri Persyarikatan Muhammadiyah. Secara jelas dapat diamati dengan
mudah oleh siapapun yang secara sepintas mau memperhatikan ciri-ciri perjuangan
Muhammdiyah itu adalah sebagai berikut.
1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam
2. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah
Islam amar ma’ruf nahi munkar
3. Muhammadiyah adalah gerakan tajdid
·
Muhammdiyah sebagai Gerakan Islam
Telah diuraikan dalam bab terdahulu
bahwa Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil
kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap Alquranul Karim. Faktor
inilah yang sebenarnya paling utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah,
sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang atau
faktor perangsang semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada setiap
mengkaji ayat-ayat Alquran, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran,
ayat:104, maka akhirnya dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya
Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan sehingga dari
hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad
Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalammya
tergambar secara jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam
pengabdiyannya kepada Allah SWT.
Dari latar belakang berdirinya
Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah
itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-ajaran
Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya tidak ada motif lain kecuali
semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang
dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran,
kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat
dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya
gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud
yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati
oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.
·
Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam
Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah
dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah. Ciri yang kedua ini muncul sejak dari
kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan dalam jati diri Muahammadiyah.
Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor utama yang
mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA
Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran,
Ayat:104. Berdasarkan Surat Ali Imran, ayat : 104 inilah Muhammadiyah
meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru,
mengajak) Islam, amar ma’ruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan
juangnya. Gerakan Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa
Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar dapat
menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan sejak
taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit,
panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti itu
tidak lain merupakan suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha
diadakan dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan
wahana dakwah Islamiyah.
·
Muhammadiyah sebagi Gerakan Tajdid
Ciri ke tiga yang melekat pada
Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan Tajdid atau Gerakan
Reformasi. Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai salah satu
organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana yang
tercantum dalam Alquran dan Assunah, sekaligus memebersihkan berbagai amalan umat
yang terang-trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik,
maupun bid’ah lewat gerakan dakwah. Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai
dari gerakan tajdid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang
tentu ada kesamaaan nafas, yaitu memerangi secara total berbagai penyimpangan
ajaran Islam seperti syirik, khurafat, bid’ah dan tajdid, sbab semua itu
merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang.
Sifat Tajdid yang dikenakan pada
gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak hanya sebatas pengertian upaya memurnikan
ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel pada tubuhnya, melainkan juga
termasuk upaya Muhammadiyah melakukan berbagai pembaharuan cara-cara
pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam memperbaharui cara
penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin dan anak
yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara pengelolaan
rumah sakit, pelaksanaan sholat Id dan pelaksanaan kurba dan sebagainya.
Untuk membedakan antara keduanya
maka tajdid dalam pengertian pemurnian dapat disebut purifikasi (purification)
dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi (reformation). Dalam
hubungan dengan salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, maka Muhammadiyah
dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan Gerakan Reformasi.
Minggu, 23 Desember 2012
Untukmu Dan Karenamu: La Upe
Untukmu Dan Karenamu: La Upe: La Upe adalah seorang anak laki-laki yatim dan miskin yang tinggal di sebuah kampung di daerah Selawesi Selatan. Kata la upe berasal ...
Untukmu Dan Karenamu: Sisi Lain Anak Jalanan
Untukmu Dan Karenamu: Sisi Lain Anak Jalanan: Pernahkan terlintas di pikiran Anda, Lebih hebat manakah kita dengan anak jalanan / pengamen? Apakah kita yang lebih hebat? Bagi Anda yang ...
Minggu, 02 Desember 2012
Kepuasan Kerja Dalam Organisasi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kepuasan kerja staff merupakan
faktor yang diyakini dapat mendorong dan mempengaruhi semangat kerja staff.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal yang bersifat individual. Setiap
individu staff memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
keinginan dan sistem nilai yang dianutnya. Semakin banyak aspek dalam
pekerjaannya yang sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut
individu, semakin tinggi tingkat kepuasan yang didapat. Secara empirik, ada
hubungan antara kepuasan kerja dengan produktivitas. Kepuasan kerja staff yang
tinggi dapat membuat staff bekerja dengan lebih baik yang pada akhirnya
akan meningkatkan produktivitas.
Kepuasan kerja juga penting untuk
aktualisasi diri. Staff dengan kepuasan kerja tinggi akan mencapai kematangan
psikologis. Staff yang mendapatkan kepuasan kerja yang baik biasanya mempunyai
catatan kehadiran, perputaran kerja dan prestasi kerja yang baik dibandingkan
dengan staff yang tidak mendapatkan kepuasan kerja. Oleh karena itu kepuasan
kerja memiliki arti yang sangat penting untuk memberikan situasi yang kondusif
di lingkungan perusahaan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa hakikat dan teori kepuasan
pekerja?
2. Apa hubungan kepuasan dengan kerja,
kompensasi, dan pengawasan?
3. Apa konsekuensi kepuasan dan
ketidakpuasan kerja?
4. Bagaimana mengembangkan kepuasan
pekerja?
5. Bagaimana cara penyembuhan terhadap
ketidakpuasan dan tindakan pencegahaan?
C.
Tujuan
Permasalahan
1. Mengetahui hakikat dan teori kepuasan
pekerja?
2. Mengetahui hubungan kepuasan dengan
kerja, kompensasi, dan pengawasan?
3. Mengetahui konsekuensi kepuasan dan
ketidakpuasan kerja?
4. Mengetahui bagaimana mengembangkan
kepuasan pekerja?
5. Mengetahui cara penyembuhan terhadap
ketidakpuasan dan tindakan pencegahannya?
6. Mengetahui tentang penelaahan
kepuasan kerja?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Kepuasan Pekerja
Menurut Davis dan Newstromm (1985: 105), kepuasan kerja
adalah seperangkat perasaan pekerja tentang menyenangkan atau tidaknya
pekerjaan mereka. Kepuasan kerja adalah cara seorang pekerja merasakan
pekerjaannya, Wexley dan Gary (2003: 129). Kepuasan pekerja merupakan
generalisasi sikap-sikap terhadap pekerjaannya yang didasarkan atas aspek-aspek
pekerjannya yang bermacam-macam. Sekelompok karakteristik yang dapat menjadi
indicator kepuasan kerja antara lain: gaji/upah, kondisi kerja, pengawasan,
teman kerja, isi pekerjaan, jaminan kerja, serta kesempatan promosi.
Dalam Almigo (2004: 53), kepuasan
kerja merupakan sikap umum individu yang bersifat individual tentang perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya (Robbins, 1998). Sejalan dengan pandangan
Robbins, Luthans (1995) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah ungkapan
kepuasan karyawan tentang bagaimana pekerjaan mereka dapat memberikan manfaat
bagi organisasi, yang berarti bahwa apa yang diperoleh dalam bekerja sudah
memenuhi apa yang dianggap penting. Kepuasan kerja itu dianggap sebagai hasil
dari pengalaman karyawan dalam hubungannya dengan nilai sendiri seperti apa
yang dikehendaki dan diharapkan dari pekerjaannya. Pandangan tersebut dapat
disederhanakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap dari individu dan
merupakan umpan balik terhadap pekerjaannya.
Menurut Smith, Kendall dan Hulin (dalam Gibson, Ivancevich,
dan Donnelly, 2000), ada lima karakteristik penting yang mempengaruhi kepuasan
kerja, yaitu:
1. Pekerjaan, sampai sejauh mana tugas
kerja dianggap menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar dan menerima
tanggung jawab.
2. Upah atau gaji, yaitu jumlah yang
diterima dan keadaan yang dirasakan dari upah atau gaji.
3. Penyelia atau pengawasan kerja yaitu
kemampuan penyelia untuk membantu dan mendukung pekerjaan.
4. Kesempatan promosi yaitu keadaan
kesempatan untuk maju.
5. Rekan kerja yaitu sejauhmana rekan
kerja bersahabat dan berkompeten.
B.
Teori
Kepuasan Kerja
Menurut
Wexley dan Gary (2003: 130-138), teori kepuasan adalah:
1. Teori ketidak sesuaian
Menurut Locke (1969), kepuasan atau ketidakpuasan dengan
sejumlah aspek pekerjaan tergantung pada selisih antara apa yang dianggpa telah
didapatkan dengan apa yang diinginkan. Jumlah yang diinginkan dari
karakteristik pekerjaan didefinisikan sebagai jumlah minimum yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Seseorang akan terpuaskan jika tidak ada
selisih antara kondisi-kondisi yang diinginkan dengan kondisi-kondisi yang teah
dialami. Semakin besar kekurangan dan semakin banyak hal-hal penting yang
diinginkan, semakin besar ketidakpuasannya.
2. Teori keadilan
Menurut Adam (1963), teori keadilan memerinci
kondisi-kondisi yang mendasari seorang pekerja akan menganggap fair dan masuk
akal insentif dan keuntungan dalam pekerjaanya. Komponen utama dari teori ini
adalah input, hasil, orang bandingan dan keadilan atau ketidakadilan. Menurut
teori ini, seseorang menilai fair hasilnya dengan membandingkan hasilnya: rasio
inputnya dengan hasil:rasio inut dari sejumlah orang bandingan. Jika rasio
hasil:input seorang pekerja adalah sama atau sebanding dengan rasio orang
bandingannya, maka suatu keadaan adil dianggap ada oleh para pekerja. Jika para
pekerja menganggap perbandingan tersebut tidak adil, maka keadaan ketidakadilan
dianggap ada.
3. Teori dua faktor
Teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja secara kualitatif berbeda
dengan ketidakpuasan kerja. Menurut teori ini, karateristik pekerjaan dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu “disatisfiers/ hygiene factors” dan
“satisfiers atau motivators”. Hygiene factors meliputi hal-hal seperti:
gaji/upah,pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status.
Satisfiers adalah karakteristik pekerjaan yang relevan denga
kebutuhan-kebutuhan urutan lebih tinggi seseorang serta erkembangan
psikologisnya, mencakup pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, kesempatan untuk
berprestasi, penghargaan, dan promosi.
C.
Kepuasan
dengan Kerja
Sifat pekerjaan adalah determinan utama dari kepuasan kerja.
Kepuasan kerja ditentukan oleh materi pekerjaan dan sifat-sifat individu. Studi
yang dilakukan Hackman dan Oldham (1975), yakni mereka mengoperasikan daftar
pertanyaan yang dikenal dengan Job Diagnostic Survei, berikut ini lima dimensi
inti, yaitu:
1. Ragam Keterampilan (Skill Variety)
2. Identitas Pekerjaan (Task Identity).
3. Kepentingan Pekerjaan (Task
Significance
4. Otonomi (Autonomy)
5. Umpan balik pekerjaan itu sendiri
(Feedback From The Job Itself)
D.
Kepuasan
dengan Kompensasi
Upah merupakan karakteristik pekerjaan yang menjadi penyebab
paling mungkin terhadap ketidakpuasan kerja. Yang menjadi penyebab utama
ketidakpuasan adalah ketidak adilan. Seperti yang telah dijelaskan dalam teori
keadilan, para pekerja menilai upahnya dengan membuat perbandingan-perbandingan
sosial. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan professional pekerja semakin
tingggi kemungkinan ia melakukan perbandingan sosial dengan orang-orang yang
profesinya sama di luar organisasi. Seorang pekerja juga akan membandingkan upahnya
dengan upah teman sesama pekerja dalam organisasi yang sama. Semakin tinggi
seseorang dalam jabatan kekuasaan, pendidikan, tanggung jawab, keterampilan, dan
senioritas semakin banyak upah yang ia harapkan.
Jika upah tidak didasarkan atas pelaksanaan kerja, pekerja
yang sangat rajin maka tidak puas dengan pendapatan yang sama atau lebih rendah
dari pekerja yang malas. Namun demikian, suatu program insentif yang memberikan
ganjaran dengan upah yang lebih tinggi terhadap pelaksanaan kerja yang tinggi
belum tentu dapat memeberikan kepuasan. Karena tidak ada ukuran pelaksanaan
kerja yang obyektif, para pekerja umumnya menilai lebih hasil pekerjaannya. Dan
semakin pekerja tergantung pada gaji atau upahnya untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya, maka kepuasan terhadap upahnya akan dipengaruhi
oleh biaya hidupnya, Wexley dan Gary (2003: 150-152).
E.
Kepuasan
dengan Pengawasan
Perilaku pengawas merupakan hal penting dari kepuasan
pekerja, dan sikap pekerja terhadap pengwasnya tergantung pada karakteristik
pengawasnya. Para pekerja lebih puas dengan pemimpin yang bijaksana dan tut
wuri handayani, dibanding dengan pemimpin yang selalu berbeda atau bermusuhan
dengan bawahannya.
Namun, pengaruh dari perilaku pengawas yang berorientasi
pada pekerjaan terhadap kepuasan kerja kurang dapat diramalkan. Para pekerja
lebih banyak mendapatkan kepuasan terhadap pemimpin yang sangat berkepentingan
dengan pemimpin yang tidak terlalu berorientasi dengan pekerjaan. Beberapa
studi menunjukkan;
1.
Dalam
situasi pekerjaan dimana bawahan melakukan peran-peran yang sangat
membingungkan, para bawahan akan lebih menyukai seorang pemimpin yang
memperjelas ketentuan-ketentuan perannya.
2.
Dalam
situasi pekerja yang cakap melaksanakan pekerjaan, pekerja tidak begitu
menyukai pengawas yang mengawasi secara ketat.
3.
Dalam
situasi pekerja yang motivasinya rendah dan merasa pekerjaannya tidak
menyenangkan, mereka lebih menyukai seorang pengawas yang tidak menekankan
pelaksanaan kerja yang tinggi, Wexley dan Gary (2003: 152-153).
F.
Konsekuensi
Ketidakpuasan Kerja
Menurut
Davis dan Newstromm (1985: 107-109) konsekuensi ketiakpuasan kerja adalah:
1.
Ketidakpuasan
dalam pelaksanaan kerja. Pelaksanaan kerja mengakibatkan timbulnya kepuasan.
Bila pelaksanaan kerja menghasilkan bonus-bonus intrinsic dan ektrinsik, sedang
ganjaran pada gilirannya memberikan kepuasan yang elbih tinggi, dengan demikian
pelaksanaan kerja dan kepuasan kerja mempunyai korelasi positif satu sama lain.
2.
Ketidakpuasan
dalam penarikan diri. Ada hubungan yang konsisten antara ketidakpuasan dengan
penarikan diri dalam bentuk perpindahan dan absensi. Para pekerja yang
mengalami ketidakpuasan lebih mungkin menyingkir dari kerja atau pindah
dibanding para pekerja yang puas. Hal ini merugikan organisasi. Absensi merusak
kelancaran kerja, mengakibatkan penundaan, meningkatkan biaya untuk subsidi
sakit, serta keharusan mempekerjakan pekerja cadangan.
3.
Ketidakpuasan
dan agresi. Ketidakpuasan kerja dapat menyebabkan perilaku agresif, seperti
sabotase, kesalahan yang disengaja, demo,pemogokan, dll. jika tindakan agresif
tersebut terjadi akan menghambat jalannya pekerjaan, menurunkan kualitas
produksi, dan terhambatnya kerja sama.
4.
Ketidakpuasan
dan pencurian. Meskipun banyak sebab ynag melatarbelakangi tindakan pencurian,
beberapa pekerja mencuri karena mereka putus asa atas perlakuan organisasi yang
dipandang tidak adil.
G.
Mengembangkan
Kepuasan Pekerja
Langkah pertama untuk mengembangkan kepuasan adalah
menentukan penyebab-penyebab ketidakpuasan. Penyebab-penyebab itu antara lain
adalah: pengawasan yang lemah, kondisi-kondisi kerja yang lemah, kurangnya
keamanan kerja, kompensasi yang tidak adil, kurangnya kesempatan untuk maju,,
konflik pribadi diantara pekerja, atau kurangnya kesempatan untuk memenuhi urutan
kebutuhan yang lebih tinggi.
Tidak mudah untuk mengetahui penyebab ketidakpuasan
seseorang. Pengawas seharusnya mengawali pembicaraan dengan hal-hal umum yang
tidak langsung berkaitan dengan pekerjaan. Pengawas harus berhati-hati dalam
memberikan saran, karena mungkin saja pekerja menganggap hal tersebut sebagai
kritik terhadapnya. Pendekatan tidak langsung seperti ini menghindarkan seorang
pekerja mempertahankan diri,serta memungkinkan penurunan ketegangan dan
memberikan kesempatan kepada pekerja untuk mengatasi ketidakpuasannya Wexley
dan Gary (2003: 157-159).
H.
Penyembuhan
Terhadap Ketidakpuasan
Jika sumber ketidakpuasan sudah ditemukan, maka ada beberapa
cara untuk mengatasinya, yaitu:
1.
Mengadakan
perubahan dalam kondisi kerja, pengawasan, kompensasi atau rancangan pekerjaan
tergantung pada factor mana yang menjadi penyebab ketidakpuasan.
2.
Memindahkan
pekerja ke pekerjaan lain intuk mendapatkan pasangan yang lebih baik antara
pekerja dan pekerjaannya.
3.
Mengubah
persepsi atau harapan dari para pekerja yang tidak puas jika terjadi kesalahan
konsepsi atas informasi yang tidak benar pada pekerja. Sering janji-janji perusahaan
pada saat lowongan dibuka tidak sesuai dengan kenyataan pada saat pekerja
bekerja pada perusahaan, Wexley dan Gary (2003: 159-160).
I.
Tindakan-tindakan
Pencegahan
Tindakan-tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara
lain adalah;
1.
Program
pengelolaan upah yang dilakukan dengan baik akan membantu menghindarkan
jenis-jenis masalah ketidakadilan.
2.
Seleksi
yang sistemastis dan program-program latihan akan membantu menciptakan
kombinasi yang tepat antara pekerjaan dan karakteristik pekerja.
3.
Sosialisasi
dan orientasi yang tepat akan lebih penting bagi pekerja baru yang direkrut
dengan memberikan informasi yang tepat pada pelamar. Informasi yang
diberiakn tidak palsu dan dibuat-buat.
4.
Menghindari
janji-janji yang berlebihan dan tidak realistis, hal ini mengabaikan kerugian
yang akan dibuat kemudian hari yaitu menimbulkan kekecewaanb dan ketidak puasan
pekerja ketika keadaan yang sebenarnya ditemukan, Wexley dan Gary (2003: 160).
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Kepuasan
kerja adalah seperangkat perasaan pekerja tentang menyenangkan atau tidaknya
pekerjaan mereka, ysng umumnya dipengaruhi oleh pekerjaan, upah atau gaji,
pengawasan kerja, kesempatan promosi, dan rekan kerja.
·
Teori
kepuasan kerja antara lain adalah Teori ketidak sesuaian, Teori keadilan, dan
Teori dua factor.
·
Upah
merupakan karakteristik pekerjaan yang menjadi penyebab paling mungkin terhadap
ketidakpuasan kerja. Yang menjadi penyebab utama ketidakpuasan adalah ketidak
adilan.
·
Perilaku
pengawas merupakan hal penting dari kepuasan pekerja, dan sikap pekerja
terhadap pengwasnya tergantung pada karakteristik pengawasnya. Para pekerja
lebih puas dengan pemimpin yang bijaksana dna tut wuri handayani, dibanding
dengan pemimpin yang selalu berbeda atau bermusuhan dengan bawahannya.
·
Konsekuensi-konsekuensi
yang ada pada ketiakpuasan adalah dampaknya pada kinerja pekerja, ketidakpuasn
dengan penarikan diri yang menimbulkan banyak biaya, ketidakpuasan dengan
agresi yang juga menimbulkan kerugian sampai adanya tindakan pencurian dari
pekerja.
·
Cara-cara
menanggulangi ketidakpuasan adalah mengadakan perubahan dalam kondisi kerja,
pengawasan, kompensasi atau rancangan, memindahkan pekerja ke pekerjaan lain,
dan mengubah persepsi atau harapan dari para pekerja yang tidak puas jika
terjadi kesalahan konsepsi.
·
Cara-cara
mencegah ketidakpuasan denagn program pengelolaan upah yang dilakukan dengan
baik, seleksi yang sistemastis dan program-program latihan, sosialisasi dan
orientasi yang tepat, dan menghindari janji-janji yang berlebihan dan tidak
realistis.
DAFTAR PUSTAKA
Almigo,
Nuzsep. 2004. Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Kerja
Karyawan (The Relation Between Job Satisfaction and The Employees Work
Productivity), Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang,
(Online), (diakses dari http://psikologi.binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_nuzsep.pdf, pada 28 Oktober 2010).
Davis,
Keith dan John W. Newstroom. 1985. Perilaku dalam Organisasi, Jilid 1, Edisi
Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
Usmara,
A. 2004. Handbook of Organizations, Kajian dan Teori Organisasi.
Yogyakarta: Amara Books.
Wexley,
Kenneth N., dan Gary A. Yuki. 2003. Psikologi Organisasi dan Psikologi
Personalia. Jakarta: Rhineka Cipta.
Langganan:
Postingan (Atom)